Mengenal Wakidi Pelukis Legendaris dari Bukittinggi


Mungkin pembaca redaksi Sanereh mulai bertanya, siapa Wakidi?

Pada tulisan kali ini, saya akan mengulas tentang legenda pelukis dari tanah sejarah yang sudah mulai tidak dikenal oleh generasi mellenial Bukittinggi.

Bermula dari seringnya melintasi jalan Perintis Kemerdekaan, atau tepatnya di depan Bioskop ERI, saya melihat satu unit rumah tua yang bertuliskan Wakidi 2 A. Rumah ini memang seperti tidak terawat, padahal design sangat indah ala zaman Belanda. 

Kemudian saya perhatikan dan sempat bertanya oleh masyarakat setempat, tapi tidak mengatahui siapa itu Wakidi. Rasa penasaran mulai memuncak, setelah saya mencari buku di perpustakaan seputar tokoh Minangkabau yang bernama Wakidi, namun tidak ditemukan. 

Bahkan malam pun terasa panjang, jika penasaran saya tidak terjabah. Saya mulai membolak-balik pustaka kecil di kamar saya, dan melihat sebuah buku berjudul "In Memoriam 100 Seniman, Wartawan dan Budayawan Sumatera Barat".

Kurang lebih 30 menit, membaca seperti pilot, akhinya saya menemukan nama Wakidi, seorang legenda pelukis di Bukittinggi, atau dikenal dengan pelukis natural dari Minangkabau.

Sedikitnya rasa penasaran mulai terjawab, rumah megah tersebut merupakan peninggal Wakidi, pelukis yang lahir di Palaju Palembang tahun 1889 yang tumbuh besar serta meninggal di Kota Bukittinggi pada tahun 1979.

Masa kecil Wakidi memang dihabiskan di Bukittinggi, karena kagum akan keindahan Ranah Minang. Sampai jatuh cinta dengan wanita Minang. Selain itu ia sempat belajar dengan seorang pelukis Belanda bernama van Dick di Kweekschool.  Wakidi juga berhasil menamatkan sekolah di Kweekschool yang berganti nama dengan SMA 2 Bukittinggi, pada tahun 1908.

Wakidi juga pernah mengajar di INS Kayu Tanam dan banyak melahirkan murid-murid yang hebat melukis.

Sayangnya karya Wakidi tidak terlalu banyak terkoleksi. Hal tersebut, setiap karya yang dibuat banyak diminati oleh orang. Namun terdapat bebarapa karyanya dimesiumkan di Istana Negara Kepresidenan, yaitu lukisan tentang Mohammad Hatta dan Adam Malik.

Begitu hebatnya Wakidi, sehingga namanya tersohor di tingkat Nasional. Sayangnya rumah peninggalan Wakidi sebagai saksi sejarah, perjalanan hidup Wakidi tidak terawat, padahal bisa menjadi objek wisata bersejarah dalam bidang lukisan.

Nah, pembaca sanereh, mungkin itu saja tentang Wakidi. Pada dasarnya di HUT ke 74 tahun Kemerdekaan Republik Indonesia, saya kembali mengenang tokoh-tokoh sejarah dari Ranah Minang.

Sumber:  "In Memoriam 100 Seniman, Wartawan dan Budayawan Sumatera Barat" karya Nazif Basir.

Bukittinggi, 19 Agustus 2019.


0 komentar:

Post a Comment